Perjalanan dari komputer ke cloud computing itu cerita evolusi teknologi yang menarik. Ada 2 tren utama yang keliatan. Pertama, pendekatan yang awalnya fokus ke hardware, berubah perlahan ke software yang standar.

Kedua, dari perspektif pengguna, ceritanya bergeser dari model ‘miliki' ke model ‘layani'. Dari pergeseran ini, muncullah SaaS yang makin cepet bikin orang pake aplikasi software.

Sekarang, SaaS adalah pilihan paling disukai buat ngembangin aplikasi apa aja. Pasar SaaS global nilainya udah $197 miliar di tahun 2023, dengan Adobe jadi pemimpin pasarnya. SaaS ngasih keuntungan terbaik dari 2 sisi: buat yang bikin dan pake software. SaaS jadi pilihan efisien, efektif, dan andal.

Penjelasan Tentang SaaS

Apa itu SaaS?

SaaS, atau Software as a Service, adalah aplikasi software yang bisa diakses langsung lewat internet tanpa perlu diinstal pakai CD, DVD atau file setup.

SaaS di-host sama vendor external sebagai layanan cloud computing yang nge-handle back-end buat user. Antarmuka penggunanya, yang biasa disebut front-end, diakses lewat browser web atau aplikasi pendamping.

Jadi, SaaS memanfaatkan kekuatan komputasi server cloud dan kecepatan koneksi internet broadband buat ngasih fungsionalitas secara instan dan real-time.

Apa aja sih keuntungan pake SaaS?

Harga berlangganan

Beda dari lisensi software yang mesti di-download dan diinstal di komputer pribadi, SaaS nawarin harga berlangganan jadi kita bisa akses softwarenya kapan aja. Bukan bayar sekali pakai dengan harga gede buat punya softwarenya, tapi bayar biaya kecil terus-menerus buat pake softwarenya yang di-hosting.

Software di-hosting secara terpusat

Software SaaS diinstal dan di-hosting secara terpusat. Penyimpenannya didukung sama infrastruktur cloud computing yang terdiri dari server, database, dan komponen lain. Satu instance SaaS yang di-hosting bisa melayani banyak user, beda dari lisensi yang cuma bisa dipake satu user atau diinstal di satu komputer aja.

Pengaturan yang fleksibel

SaaS biasanya ngasih pilihan langganan dengan tier yang beda-beda dan bisa diganti kapan aja. Selain itu, SaaS bisa ngerilis fitur dan upgrade baru buat user secara instan, nggak perlu maintenance dan upgrade secara berkala.

Jadi kita bebas ganti paket langganannya kalo butuh, dan fitur sama upgrade terbarunya bisa didapetin langsung tanpa nunggu lama. Pokoknya SaaS ini fleksibel banget deh kalo soal pengaturan dan pembaharuan.

Kekurangan SaaS

Masalah keamanan dan privasi

Pengguna SaaS pasti ngebagi-bagi banyak data yang disimpen dan diproses sama penyedia SaaS di infrastructure cloud mereka. Sebagian data ini juga berisi informasi pribadi pengguna. Jadi ada risiko kebocoran atau kehilangan data penting kalo penyedia SaaSnya nggak ambil langkah keamanan yang cukup.

Ketergantungan dengan internet

Karena SaaS diakses lewat internet, ini jadi masalah di lingkungan mobile yang koneksi internetnya terbatas atau nggak ada. Meski SaaS bisa dipake offline, fiturnya jadi terbatas dan cuma support operasi dasar aja.

Peningkatan biaya dan penyebaran aplikasi

SaaS itu hemat biaya, tapi beberapa vendor bisa nagih lebih mahal kalo pemakaiannya tinggi. Selain itu, kalo pake terlalu banyak tool SaaS buat tugas individu juga bikin aplikasinya menyebar dan user experience jadi nggak fokus.

Self-Hosted SaaS

Apa itu self-hosted SaaS?

Self-hosted SaaS itu model hosting SaaS yang agak beda. Biasanya, tanggung jawab hosting aplikasi SaaS ada di penyedia pihak ketiga. Umumnya ini penyedia SaaSnya langsung atau perusahaan yang ngembangin SaaS tersebut.

Tapi kalo self-hosted SaaS, perusahaan beli lisensinya dari pengembang SaaS trus bertanggung jawab sendiri buat ng-hosting aplikasi SaaS itu di server mereka.

Self-hosted SaaS cuma melayani pengguna dan pemangku kepentingan internal perusahaan aja, nggak bisa diakses publik lewat internet. Tanggung jawab manage infrastructure cloud dan ngurusin keamanan, maintenance, sama upgrade juga jadi tanggung jawab penuh perusahaan tersebut.

Keuntungan self-hosted SaaS

Keamanan dan privasi lebih baik

Karena self-hosted SaaS dideploy di infrastructure sendiri, data dan informasi sensitif nggak pernah dibagi ke penyedia SaaS. Ini bikin data lebih aman dan memungkinkan kepatuhan terhadap regulasi secara mandiri lewat proses kayak manajemen postur keamanan SaaS untuk memastikan kontrol penuh atas kepemilikan data.

Fleksibilitas penggunaan

Self-hosted SaaS ngasih banyak fleksibilitas dalam pengambilan keputusan terkait deployment, kayak upgrade, aktifasi fitur, atau ngubah kapasitas infrastructure buat aplikasi SaaS. Hal ini biasanya di luar kendali penyedia SaaS.

Integrasi dengan sistem internal

Self-hosted SaaS memungkinkan integrasi yang lebih baik dengan tool dan aplikasi internal lainnya, sehingga workflow pengguna jadi lancar tanpa perlu bolak-balik ganti aplikasi atau lakukan tugas manual yang bikin workflow jadi nggak efisien.

Kekurangan Self-Hosted SaaS

Biaya awal tinggi

Self-hosted SaaS butuh biaya awal yang besar karena ada biaya lisensi untuk self-hosting software tersebut. Juga biaya infrastructure cloudnya.

Beban maintenance

Di self-hosted SaaS, perusahaan bertanggung jawab sendiri buat nge-maintain infrastructure, terapkan patch dan update, sama jamin keamanan sistem. Ini bikin tambahan beban waktu dan biaya. Misalnya, harus hire staf baru buat monitoring, beli resource IT tambahan buat jamin ketersediaan sistem, dan update proses bisnis buat kepatuhan regulasi.

Skalabilitas dan kustomisasi terbatas

Ngeskalakan self-hosted SaaS itu susah kalo perusahaan butuh support user lebih banyak dari lokasi berbeda pakai arsitektur multi-region. Ini bikin kompleksitas tambahan dan butuh keahlian khusus administrasi server cloud dan deployment. Kustomisasi aplikasi SaaS yang di-host sendiri juga terbatas karena kurangnya dukungan pengembangan untuk ubah source code.

Perbedaan utama antara SaaS dan self-hosted?

Secara teknis SaaS dan self-hosted sama saja, tapi beda utamanya ada di ownership hosting, komersial, dan kepatuhan bisnis. Berikut beberapa perbedaan besar lainnya:

1. Model harga

SaaS pakai model berlangganan yang charge setiap user biaya langganan berkala. Cocok buat startup dan perusahaan kecil. Self-hosted SaaS ada biaya lisensi buat beli dan setup infrastructure self-managed dimana user perusahaan menengah-besar bisa akses aplikasi SaaS secara unlimited.

2. Opsi dukungan

Penyedia SaaS bertanggung jawab support user masalah aplikasi, bug, dan hosting. Di self-hosted, tanggung jawab ada di perusahaan yang beli lisensi dan terbatas ke dukungan hosting saja. Biasanya perusahaan beli paket dukungan tambahan dari penyedia SaaS buat dapat dukungan pengembangan dan kustomisasi.

3. Kebutuhan skalabilitas

SaaS menyediakan hosting yang mudah diskalakan, memungkinkan banyak user mengakses aplikasi secara bersamaan. Self-hosted terbatas skalabilitasnya, dan memperluas user base butuh investasi infrastructure cloud tambahan di luar migrasi awal.

4. Pertimbangan vendor lock-in

Pilih hosting lewat vendor SaaS bikin user terkunci pada solusi software tertentu. Self-hosted bikin perusahaan bisa hosting sendiri, punya data, dan bikin abstraction layer tambahan yang bisa hubungkan beberapa aplikasi SaaS lewat API.

5. keamanan

Di SaaS, keamanan dan privasi jadi tanggung jawab penyedia SaaS. Di self-hosted, ini menjadi tanggung jawab perusahaan yang meng-hosting. Kalo andalkan infrastructure cloud pihak ketiga, perusahaan juga harus lakukan audit tambahan untuk memenuhi kepatuhan regulasi.

Kesimpulan: SaaS vs self-hosted – Apa cuma trade-off antara biaya dan kepemilikan data?

Di satu sisi, SaaS mengeliminasi hambatan penggunaan software lewat biaya langganan yang terjangkau. Tapi kelemahannya adalah hilangnya kendali atas data dan kurangnya kepemilikan data, yang bisa jadi risiko bisnis saat perusahaan bertumbuh dan produk serta layanannya makin kompetitif.

Di sisi lain, setup self-hosted SaaS bisa sangat ribet dan bikin frustasi karena banyaknya overhead tersembunyi dalam manajemen infrastrukturnya.

Jadi pilihan di antara SaaS dan self-hosted SaaS sebenernya bukan cuma trade-off antara biaya dan kepemilikan data. Masih banyak faktor teknis dan bisnis lain yang perlu dipertimbangkan buat tentuin pilihan hosting model SaaS yang paling cocok buat perusahaan.

Perusahaan perlu evaluasi semua aspek mulai dari postur keamanan, skalabilitas, dukungan penyedia SaaS, hingga pengetahuan teknis tim internal sebelum putusin mau pakai SaaS atau self-hosted SaaS.

Kredit: Image by Anne Sebastin from Pixabay

About the Author

Dzul Qurnain

Suka nonton Anime, ngoding dan bagi-bagi tips kalau tahu.. Oh iya, suka baca ( tapi yang menarik menurutku aja)...

View All Articles